Asal muasal sejarah munculnya olahraga sepak bola masih mengundang perdebatan. Beberapa dokumen menjelaskan bahwa sepak bola lahir sejak masa Romawi, sebagian lagi menjelaskan sepak bola berasal dari tiongkok. FIFA sebagai badan sepak bola dunia secara resmi menyatakan bahwa sepak bola lahir dari daratan Cina yaitu berawal dari permainan masyarakat Cina abad ke-2 sampai dengan ke-3 SM. Olah raga ini saat itu dikenal dengan sebutan “tsu chu “.

Dalam salah satu dokumen militer menyebutkan, pada tahun 206 SM, pada masa pemerintahan Dinasti Tsin dan Han, masyarakat Cina telah memainkan bola yang disebut tsu chu. Tsu sendiri artinya “menerjang bola dengan kaki”. sedangkan chu, berarti “bola dari kulit dan ada isinya”. Permainan bola saat itu menggunakan bola yang terbuat dari kulit binatang, dengan aturan menendang dan menggiring dan memasukkanya ke sebuah jaring yang dibentangkan diantara dua tiang.

Versi sejarah kuno tentang sepak bola yang lain datangnya dari negeri Jepang, sejak abad ke-8, masyarakat disana telah mengenal permainan bola. Masyarakat disana menyebutnya dengan: Kemari. Sedangkan bola yang dipergunakan adalah kulit kijang namun ditengahnya sudah lubang dan berisi udara.

Menurut Bill Muray, salah seorang sejarahwan sepak bola, dalam bukunya The World Game: A History of Soccer, permainan sepak bola sudah dikenal sejak awal Masehi. Pada saat itu, masyarakat Mesir Kuno sudah mengenal teknik membawa dan menendang bola yang terbuat dari buntalan kain linen.

Sisi sejarah yang lain adalah di Yunani Purba juga mengenal sebuah permainan yang disebut episcuro, tidak lain adalah permainan menggunakan bola. Bukti sejarah ini tergambar pada relief-relief museum yang melukiskan anak muda memegang bola dan memainkannya dengan pahanya.

Sejarah sepak bola modern dan telah mendapat pengakuan dari berbagai pihak, asal muasalnya dari Inggris, yang dimainkan pada pertengahan abad ke-19 pada sekolah-sekolah. Tahun 1857 beridiri klub sepak bola pertama di dunia, yaitu: Sheffield Football Club. Klub ini adalah asosiasi sekolah yang menekuni permainan sepak bola.

Pada tahun 1863, berdiri asosiasi sepak bola Inggris, yang bernama Football Association (FA). Badan ini yang mengeluarkan peraturan permainan sepak bola, sehingga sepak bola menjadi lebih teratur, terorganisir, dan enak untuk dinikmati penonton.

Selanjutnya tahun 1886 terbentuk lagi badan yang mengeluarkan peraturan sepak bola modern se dunia, yaitu: International Football Association Board (IFAB). IFAB dibentuk oleh FA Inggris dengan Scottish Football Association, Football Association of Wales, dan Irish Football Association di Manchester, Inggris.

Sejarah sepak bola semakin teruji hingga saat ini IFAB merupakan badan yang mengeluarkan berbagai peraturan pada permainan sepak bola, baik tentang teknik permainan, syarat dan tugas wasit, bahkan sampai transfer perpindahan pemain.

TENTANG SEPAK BOLA KITA GMN???


Sudah banyak sekali tulisan yang bertema sepak bola Indonesia. Tidak hanya tulisan, tetapi lebih banyak hujatan yang ditujukan untuk sepak bola negeri ini. Kali ini, saya akan mencoba “membuat” sejarah yang seharusnya terjadi di dalam sepak bola Indonesia. Karena penuh rekayasa, tentu saja tulisan ini bersifat fiktif. Akan tetapi, tidak apa-apa, tulisan ini hanya untuk membuat kita para pecinta sepak bola agar lebih semangat saja. :D

Mungkin sebagian dari kita masih ingat tentang karier salah satu pesepakbola nasional, Kurniawan Dwi Yulianto, yang pernah merumput di Italia tepatnya di klub Sampdoria. Di tahun 1996, ini merupakan prestasi tersendiri untuk sepak bola kita. Ternyata ada pemain Indonesia, saat itu, yang sudah berkostum salah satu klub Liga Italia. Lebih dalam lagi, Kurniawan ini mendapat pujian sebagai pemain muda berbakat dari pelatih Sampdoria waktu itu, Sven-Goran Eriksson.

Akan tetapi, Kurniawan tiba-tiba memutuskan untuk kembali ke tanah air untuk melanjutkan karier sepak bolanya. Kurniawan sendiri tidak pernah mengemukakan alasan kepulangannya ini ke publik sampai sekarang. Akibatnya, banyak sekali spekulasi yang muncul karena kepulangannya yang terkesan “mendadak” itu. Mulai dari karena pengaruh narkoba, doping, sampai akibat pergaulan malam “Negeri Pizza” tersebut. Semuanya masih tanda tanya besar.

Nah, ini cerita saya. Seandainya, Si “Kurus” (julukan Kurniawan) tetap berkarier di Italia, mungkin saja dia sudah menjadi pemain yang akan dikenang oleh publik Stadion Luigi Ferraris. Kariernya mungkin akan secemerlang Antonio Cassano (striker Sampdoria saat ini). Karena penampilan yang bagus dari Kurniawan, PSSI tidak ragu untuk mengirimkan pemain Indonesia yang lain untuk berlatih di Italia.

Apakah yang terjadi selama 12 tahun kemudian (tahun 2008 sekarang)? Hehe, kali ini saya mengkhayal kembali. Tahun ini, mungkin sudah banyak pemain Indonesia yang merumput di Serie A. Saya sebutkan saja. Bambang Pamungkas mungkin sudah menjadi striker andalan di AS Roma. Gelandang serang seperti Firman Utina, mungkin sudah menjadi pemain utama di Lazio. Boaz Sollossa menjadi andalan di Fiorentina. Bahkan, kiper sekelas Ferry Rotinsulu sudah berkostum AC Milan. Dan tidak lupa juga, kalau pemain junior asal Indonesia usia 15-21 tahun sudah menghuni sekolah sepak bola binaan Juventus dan Inter Milan. Keren. :P

Jika ini terjadi, dampak bagi sepak bola dalam negeri sangat besar. Tidak akan ada lagi “tragedi” di dalam sepak bola nasional. Justru, Liga Indonesia sudah menjadi barometer liga-liga sepak bola di Asia. Liga Indonesia menjadi sangat kompetitif. Semua penonton tertib dan kualitas wasit yang meningkat tajam. Puncaknya adalah ketika harapan rakyat Indonesia bahwa Indonesia bisa lolos ke putaran final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan bukan sesuatu yang tidak mungkin.

Wah, tidak bisa dibayangkan jika sejarah sepak bola Indonesia yang “benar” itu terjadi. Sangat menyenangkan sekali rasanya ketika melihat sepak bola kita. Benar-benar membanggakan.

Saya tidak menyalahkan Kurniawan ketika sepak bola Indonesia menjadi tidak jelas seperti sekarang. Toh, Kurniawan sudah berjasa besar untuk Tim Nasional Indonesia. Yang salah adalah kesempatan (opportunity). Indonesia kurang diberi kesempatan lebih dalam memajukan sepak bolanya. Sangat kurang malah. Ketika Thailand akhir-akhir ini sudah “menyumbang” pemain mereka ke Liga Inggris, kita malah sibuk mengurusi kekerasan di dalam sepak bola kita. Thailand saja yang baru-baru ini melakukan “ekspor” pemain, sudah sangat bagus prestasinya. Apalagi Indonesia, karena kita sudah kurang lebih 12 tahun yang lalu melakukan teknik seperti itu.

Yang jelas, harapan terbesar saya adalah masih bisa menyaksikan Indonesia lolos ke Piala Dunia selama saya masih hidup. Entah kapan, yang jelas harus sabar. :P

SALAM OLAHRAGA BUAT SELURUH TIMNAS INDONESIA!!!!


INDONESIA TUAN RUMAH PIALA AFF 2010


Indonesia terpilih sebagai tuan rumah Piala AFF 2010, bersama Vietnam. Kedua negara akan menjadi tuan rumah bersama. Inilah kali ketiga Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah Piala AFF. Pada tahun 2002, Indonesia menjadi tuan rumah Piala AFF bersama Singapura, sedangkan tahun kemarin (2008), Indonesia menjadi tuan rumah bersama Thailand.

Sejak penyelenggaraan Piala AFF 1996 —sebelumnya bernama Piala Tiger—, hanya tiga negara yang pernah menjadi tuan rumah tunggal. Mereka adalah Singapura, Vietnam, dan Thailand menjadi tuan rumah tunggal tiga musim pertama Piala AFF. Tuan rumah bersama dimulai sejak Piala AFF 2002 dengan venue Indonesia dan Singapura.

PSSI menyatakan,Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) disiapkan kembali sebagai venue. ”Kami akan gunakan SUGBK.Aksesnya dekat dan mudah. Selama ini berbagai eventbesar selalu digelar di sana,” ujar Nugraha Besoes, Sekjen PSSI. Nugraha menambahkan, Indonesia memiliki nilai plus sebagai tuan rumah. Antusiasme penonton juga menjadi nilai tambah Indonesia dalam kampanye tuan rumah Piala AFF 2010.

Indonesia Belum Pernah Juara Piala AFF

Dari 7 (tujuh) kali pelaksanaan kejuaraan sepakbola antar negara ASEAN, Piala AFF, Indonesia belum pernah sekalipun menjuarainya. Prestasi terbaik timnas Indonesia mampu sampai laga final namun kalah di laga pemuncak tersebut, ini terjadi pada tahun 2000, 2002, dan 2004. Indonesia dikalahkan Thailand di final tahun 2000 dan 2002, sedangkan di final tahun 2004, Indonesia dikalahkan Singapura.

Sedangkan prestasi terburuk Indonesia di Piala AFF terjadi pada tahun 2006 yang diselenggarakan di Singapura dan Thailand, kala itu Indonesia tidak lolos dari penyisihan grup. Indonesia kalah bersaing dengan Singapura dan Vietnam sehingga tidak mampu lolos ke semifinal.

Menjadi tuan rumah Piala AFF tahun 2010 nanti merupakan sebuah ujian dan bahan evaluasi bagi Indonesia sebelum pengumuman tuan rumah Piala Dunia 2022, dimana Indonesia mencalonkan diri sebagai tuan rumah. Tuan rumah Piala Dunia 2022 menurut rencana akan diumumkan pada bulan Desember 2010. Harapannya adalah Indonesia mampu menjadi tuan rumah yang baik, dan menjadi juara pertama kalinya pada Piala AFF 2010, serta lolos menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Semoga!

Piala Asia Dan Visi 2020


TAHUN 2007 sungguh tahun penuh berkah bagi persepakbolaan Indonesia. Betapa tidak, ada beberapa agenda penting bernilai sejarah tinggi. Agenda paling bersejarah tentu saja Indonesia sebagai tuan rumah Piala Asia 2007. Menjadi tuan rumah Piala Asia merupakan peristiwa terbesar dalam perjalanan sejarah sepakbola Indonesia. Sebab, inilah pertama kali Indonesia mendapat kepercayaan AFC Konfederasi Sepakbola Asia) menyelenggarakan turnamen terbesar dan paling prestisius di kawasan Asia.

Posisi Indonesia terasa lebih istimewa – dibandingan tiga negara tuan rumah ASEAN lain yaitu Thailand, Malaysia, dan Vietnam–– karena mendapat kepercayaan menggelar partai puncak alias pertandingan final pada 29 Juli di stadion bersejarah dan salah satu stadion terbesar di Asia, Stadion Utama Gelora Bung Karno. Bisa dibayang-kan, miliaran orang akan menyaksikan pertarungan dua tim terbaik Asia yang diperkirakan akan muncul dari Big Five Asia: Australia, Korea Selatan, Jepang, Arab Saudi, Iran.

Piala Asia 2007 bukan semata mengangkat pamor sepakbola Indonesia, tapi juga memicu pertumbuhan ekonomi sekaligus promosi dahsyat bagi Bangsa dan Negara ini. Secara ekonomis, Piala Asia akan mengangkat GNP Indonesia. Dunia pariwisata bakal kian menggeliat. Diperkirakan Jakarta akan dibanjiri lebih dari 1,5 juta orang dari luar, baik dari luar Kota Jakarta maupun dari manca negara. Kota Palembang juga diprediksi akan dijejali tak kurang dari 100 ribu orang dari luar berbagai daerah di Sumatra.

Ribuan orang asing bakal masuk Jakarta dan Palembang selama Piala Asia. Selain petinggi AFC dan FIFA, ada sekitar 300 wartawan asing, talent scouting, pengamat, pelatih asing. Petinggi klub elite dari berbagai Negara juga akan Begitu juga turis mancanegara akan datang berbonpembinaan dong-bondong. Hitung saja, berapa banyak uang yang akan mereka habiskan untuk membayar hotel, makan, rekreasi, berbelanja, dll.

Dari aspek promosi, Piala Asia 2007 akan mengangkat citra Indonesia di percaturan dunia internasional. Mata dunia akan tertuju ke Tanah Air. Diperkirakan, sekitar 2 miliar orang akan menyaksikan pertandingan Piala Asia di Jakarta dan Palembang. Perhatian dunia secara khusus akan tertuju ke Jakarta pada 29 Juli, saat partai final digelar di Stadion Utama Bung Karno.

Demikian tinggi nilai ekonomis dan politis Piala Asia 2007, Presiden SBY sudah dijadwalkan akan hadir dan menonton pertandingan final. Orang nomor satu di Negeri ini akan duduk berdampingan dengan Presi-den FIFA Sepp Blatter, Presiden AFC Mohammad bin Hammam, Pangeran Arab Saudi, serta para duta besar Negara sahabat.

Itulah magis sepakbola. Seorang kepala negara seakan tak punya pilihan kecuali hadir di event akbar sepakbola seperti Piala Dunia, Piala Eropa, Piala Afrika, atau Copa America. Tak terkecuali Presiden RI.

PSSI mencanangkan trisukses di Piala Asia 2007. Pertama, sukses persiapan di semua aspek. Kedua, sukses penyelenggaraan yang meliputi aspek keamanan, kenyamanan, pelayanan, promosi, antusiasme penonton, kualitas penyelenggraan pertandingan, dan keuntungan ekonomis (baca: tiket penonton).

Ketiga, sukses tim melaju ke babak 8 besar untuk pertama kali. Kalau target itu dinilai terlalu muluk, ukuran sukses tim yang realistis adalah kualitas permainan level tinggi. Secara peringkat, mencapai posisi ketiga klasemen babak penyisihan Grup D, sama dengan pencapaian Indonesia di Piala Asia 2004 di Cina. Jadi, ambisi lolos ke babak perempatfinal terasa amat berat lantaran grup ini dihuni dua tim raksasa Asia dan pelanggan Piala Dunia, Korea Selatan dan Arab Saudi.

Bagi PSSI, trisukses di Piala Asia 2007 dijadikan momentum kebangkitan sekaligus lompatan pertama untuk mewujutkan Visi Sepakbola Indonesia 2020 yang dicanangkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam Munas PSSI, 19-21 April 2007 lalu di Makassar. Yakni, berdirinya bangunan industri sepakbola nasional sebagai jembatan emas menuju Piala Dunia 2022.

Sebagai langkah awal, Ketua Umum PSSI terpilih Nurdin Halid terus memodernisasi dan memperkuat organisasi PSSI. Ia membentuk lima badan baru yang independen, yaitu Badan Pelatih Sepakbola, Badan Wasit Sepakbola, Badan Industri Sepakbola, Badan Informasi dan Teknologi, serta Badan Urusan Luar Negeri. Demi efektivitas gerak dan akselerasi organisasi PSSI yang begitu besar, Nurdin mengangkat tak kurang 50 tenaga profesional.

Selain hajatan bersejarah Piala Asia dan pencanangan Visi PSSI 2022, tahun 2007 juga bernilai sejarah tinggi justru karena Pengurus PSSI mencanangkan tiga program strategis. Pertama, peluncuran Liga Super yang akan dimulai pada musim kompetisi 2008. Liga Super adalah sebuah upaya mengatrol gengsi, mutu, dan nilai jual kompetisi profesional tertinggi di Tanah Air. Terkait dengan hal itu, Badan Liga Profesional akan menerapkan standar tinggi kepada setiap klub profesional yang tampil di Liga Super.

Kedua, pembangunan School of Excellent sebagai puncak pembinaan sepakbola yunior di Tanah Air. Proyek prestisius ini secara khusus membina pemain-pemain berbakat istimewa di Tanah Air yang direkrut dari tiga kompetisi yunior nasional, yaitu Liga Danone U-13, Liga Medco U-15, dan Liga Suratin U-17. Pemain-pemain yang masuk ke School of Excellent itu juga bisa diambil dari sentra-sentra pembinaan yang sudah ada dan akan dibangun di sejumlah daerah.

Ada dua tujuan utama pembangunan proyek prestisius ini. Pertama, menyiapkan pemain yunior berkualitas tinggi, baik teknis, mental, maupun bahasa asing (Inggris) untuk bisa bersaing masuk ke klub dan liga-liga sepakbola negara maju, khususnya Eropa. Pemain-pemain produk kompetisi hebat inilah yang kelak menjadi tulang punggung tim Merah Putih di berbagai arena internasional, selain produk kompetisi profesional dalam negeri.

Kedua, menciptakan bintang sepakbola idola yang sangat penting di atas panggung lapangan hijau sebagai showbiz yang menghipnotis penonton. Semakin banyak bintang idola, bisnis sepakbola akan semakin bergairah dan hidup.

Program strategis ketiga adalah memacu profesionalisme klub agar mandiri dalam keuangan. Program ini terasa mendesak agar klub-klub profesional tidak lagi mengandalkan dana APBD sebagai sumber utama pendanaan klub. Untuk itu, PSSI telah membentuk direktorat Bussiness Development di bawah Badan Industri Sepakbola dengan tugas pokok membantu klub menggali secara maksimal semua potensi ekonomis klub.

Pertanyaannya, mampukah kita, PSSI dan segenap stakeholders sepakbola Indonesia, memanfaatkan momentum strategis 2007 bagi kejayaan sepakbola di Negeri ini? Jawabannya, terletak pada kepiawaian kita mengelola berbagai agenda 2007 yang sangat strategis itu. Salah atau tidak maksimal dalam mengelola semua itu, PSSI akan kehilangan momentum. Sebaliknya, keberhasilan mengelola, tahun 2007 akan menjadi starting poin bagi PSSI untuk segera ‘lepas landas’ menuju industri sepakbola maju yang diidam-idamkan dan pada gilirannya membuka pintu gerbang Piala Dunia. (yos)